MENJADI DIRIGEN
Salah satu problem utama yang saat ini dihadapi oleh banyak kor di
Gereja Katolik Keuskupan Surabaya, baik itu kor wilayah/paroki maupun kor yang
dimiliki oleh kelompok kategorial non-kor, adalah ketiadaan dirigen. Dari
antara anggota kor tidak ada yang berani maju untuk memimpin latihan maupun
pada saat tugas pelayanan. Akibatnya dirigen yang sudah ada ditarik-tarik ke
sana ke mari, lintas paroki, lintas kelompok. Tidak ada yang salah dengan
kondisi ini, tetapi alangkah baiknya bila dirigen berasal dari lingkungan
kelompok itu sendiri, yakni seseorang yang telah mengenal dan memahami segala
aspek dari kelompok itu.
Begitu sulitkah menjadi dirigen? Siapa yang bisa
disiapkan menjadi dirigen? Kali ini kami sajikan hal apa saja yang diperlukan
oleh seseorang untuk menjadi calon dirigen.
Hal pertama yang diperlukan ialah fisik yang memadai. Karena lazimnya
dirigen menggunakan tangan untuk memberi aba-aba, maka ia perlu punya tangan.
Ia juga harus dapat berbicara dengan jelas untuk menjelaskan interpretasinya
terhadap lagu yang akan dinyanyikan. Lebih penting lagi, dirigen harus memiliki
telinga yang peka terhadap nada (tidak tone deaf/buta nada). Dirigen
harus cukup sehat, karena kornya tidak akan berkembang dengan baik bila dirigennya
sering absen karena masalah kesehatan.
Hal kedua ialah latar belakang pengalaman bernyanyi dalam kor.
Sebenarnya ini tidak mutlak, tetapi biasanya seorang pemimpin akan lebih
berhasil bila ia sendiri memiliki pengalaman menjadi orang yang dipimpin.
Selama menjadi anggota kor ia telah belajar banyak aspek musikal maupun
manajemen yang diperlukan untuk bekal menjadi dirigen.
Hal ketiga ialah kemampuan memimpin. Dengan wibawa yang dimiliki dan
kemampuannya mensugesti anggotanya, seorang dirigen akan mampu membawa kornya
bernyanyi sesuai interpretasi yang ia inginkan. Ia harus cukup sabar karena
seringkali ada anggota kor (terutama kor wilayah atau lingkungan) yang aktif
dan bersemangat tetapi tidak terampil dalam bernyanyi sehingga memerlukan
perhatian khusus. Meskipun secara organisasi biasanya kor memiliki pengurus dan
dipimpin oleh seorang ketua, akan sangat bermanfaat bila dirigen juga memiliki
kemampuan berorganisasi.
Hal keempat ialah ketrampilan musikal yang meliputi teknik memberi
aba-aba, teknik vokal, teori musik, ilmu harmoni, ilmu bentuk musik, serta
sejarah musik. Dalam memimpin kor, diperlukan aba-aba yang efektif dan efisien.
Efektif berarti bahwa setiap gerakan dirigen menimbulkan respon yang baik dari
penyanyi, efisien berarti bahwa dirigen membuat gerakan aba-aba hanya sejauh
diperlukan. Dirigen juga dituntut untuk mengetahui teknik vokal, karena dengan
bekal teknik vokal ia akan dapat membuat kornya bernyanyi dengan lebih baik.
Teori musik, ilmu harmoni, ilmu bentuk musik, serta sejarah musik memberi bekal
bagi dirigen untuk memilih karya yang baik (sesuai kemampuan anggotanya) dan
melakukan interpretasi yang tepat terhadap karya itu. Agar dirigen dapat
melatihkan sebuah komposisi dengan baik, terlebih dahulu komposisi itu sudah
harus ‘berbunyi’ di pikiran dirigen.
Kalau kita perhatikan, dari keempat hal di atas hanya hal pertama yang
bersifat tidak dapat dipelajari. Ketiga hal lainnya dapat dipelajari. Yang
diperlukan adalah semangat dan ketekunan. Karena itu hendaknya kor-kor tidak
hanya ‘mempekerjakan’ dirigen-dirigen yang sudah jadi, tetapi juga mendorong
munculnya calon-salon dirigen dari kalangan sendiri.
Sasana Widya Musik Gereja ‘Magnificat’ telah berpengalaman
menyelenggarakan program pelatihan yang efektif dan efisien untuk dirigen
pemula. Silahkan hubungi alamat yang tertulis di atas bila anda memerlukan
bantuan kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar