Sabtu, 30 November 2013

DIRIGEN

MENJADI DIRIGEN

Salah satu problem utama yang saat ini dihadapi oleh banyak kor di Gereja Katolik Keuskupan Surabaya, baik itu kor wilayah/paroki maupun kor yang dimiliki oleh kelompok kategorial non-kor, adalah ketiadaan dirigen. Dari antara anggota kor tidak ada yang berani maju untuk memimpin latihan maupun pada saat tugas pelayanan. Akibatnya dirigen yang sudah ada ditarik-tarik ke sana ke mari, lintas paroki, lintas kelompok. Tidak ada yang salah dengan kondisi ini, tetapi alangkah baiknya bila dirigen berasal dari lingkungan kelompok itu sendiri, yakni seseorang yang telah mengenal dan memahami segala aspek dari kelompok itu.
Begitu sulitkah menjadi dirigen? Siapa yang bisa disiapkan menjadi dirigen? Kali ini kami sajikan hal apa saja yang diperlukan oleh seseorang untuk menjadi calon dirigen.

Hal pertama yang diperlukan ialah fisik yang memadai. Karena lazimnya dirigen menggunakan tangan untuk memberi aba-aba, maka ia perlu punya tangan. Ia juga harus dapat berbicara dengan jelas untuk menjelaskan interpretasinya terhadap lagu yang akan dinyanyikan. Lebih penting lagi, dirigen harus memiliki telinga yang peka terhadap nada (tidak tone deaf/buta nada). Dirigen harus cukup sehat, karena kornya tidak akan berkembang dengan baik bila dirigennya sering absen karena masalah kesehatan.

Hal kedua ialah latar belakang pengalaman bernyanyi dalam kor. Sebenarnya ini tidak mutlak, tetapi biasanya seorang pemimpin akan lebih berhasil bila ia sendiri memiliki pengalaman menjadi orang yang dipimpin. Selama menjadi anggota kor ia telah belajar banyak aspek musikal maupun manajemen yang diperlukan untuk bekal menjadi dirigen.

Hal ketiga ialah kemampuan memimpin. Dengan wibawa yang dimiliki dan kemampuannya mensugesti anggotanya, seorang dirigen akan mampu membawa kornya bernyanyi sesuai interpretasi yang ia inginkan. Ia harus cukup sabar karena seringkali ada anggota kor (terutama kor wilayah atau lingkungan) yang aktif dan bersemangat tetapi tidak terampil dalam bernyanyi sehingga memerlukan perhatian khusus. Meskipun secara organisasi biasanya kor memiliki pengurus dan dipimpin oleh seorang ketua, akan sangat bermanfaat bila dirigen juga memiliki kemampuan berorganisasi.


Hal keempat ialah ketrampilan musikal yang meliputi teknik memberi aba-aba, teknik vokal, teori musik, ilmu harmoni, ilmu bentuk musik, serta sejarah musik. Dalam memimpin kor, diperlukan aba-aba yang efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa setiap gerakan dirigen menimbulkan respon yang baik dari penyanyi, efisien berarti bahwa dirigen membuat gerakan aba-aba hanya sejauh diperlukan. Dirigen juga dituntut untuk mengetahui teknik vokal, karena dengan bekal teknik vokal ia akan dapat membuat kornya bernyanyi dengan lebih baik. Teori musik, ilmu harmoni, ilmu bentuk musik, serta sejarah musik memberi bekal bagi dirigen untuk memilih karya yang baik (sesuai kemampuan anggotanya) dan melakukan interpretasi yang tepat terhadap karya itu. Agar dirigen dapat melatihkan sebuah komposisi dengan baik, terlebih dahulu komposisi itu sudah harus ‘berbunyi’ di pikiran dirigen.

Kalau kita perhatikan, dari keempat hal di atas hanya hal pertama yang bersifat tidak dapat dipelajari. Ketiga hal lainnya dapat dipelajari. Yang diperlukan adalah semangat dan ketekunan. Karena itu hendaknya kor-kor tidak hanya ‘mempekerjakan’ dirigen-dirigen yang sudah jadi, tetapi juga mendorong munculnya calon-salon dirigen dari kalangan sendiri.
Sasana Widya Musik Gereja ‘Magnificat’ telah berpengalaman menyelenggarakan program pelatihan yang efektif dan efisien untuk dirigen pemula. Silahkan hubungi alamat yang tertulis di atas bila anda memerlukan bantuan kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar